Kembali ke Artikel
Gurunya Manusia Sumber Gambar: qureta.com
11 Jun/2020

Gurunya Manusia

GURUNYA MANUSIA

Oleh Feri Fren

Widyaiswara LPMP Sumatera Barat

 

 

Guru merupakan sosok penting dalam dunia pendidikan. Banyak tokoh pendidikan yang berpendapat, sebagus apapun sistem, kurikulum dan sarana-prasarana pendidikan, tidak akan ada artinya tanpa didukung oleh guru yang berkualitas dan berkarakter baik. Kualitas seorang guru akan menentukan hasil belajar peserta didik. John I goodlad dalam bukunya “behind the classroom door” mengatakan, sekali guru memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelasnya, hanya dialah yang bisa menentukan mau kemana proses pembelajaran akan dibawanya.

Dalam proses pembelajaran, guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, baik itu dalam hal perilaku, tutur kata, maupun tabiat keseharian guru. Semua itu harus menjadi suri teladan yang nantinya akan ditiru oleh peserta didik. Keteladanan seorang guru mengambil peranan yang sangat penting dalam internalisasi pembentukan kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta didik, apalagi dalam implementasi kurikulum 2013 saat ini yang embrionya berupa penanaman nilaia-nilai sikap.

Peserta didik merupakan kertas putih yang akan diukir gurunya. Untuk mendapatkan sikap dan perilaku peserta didik yang baik, seorang guru terlebih dahulu harus memiliki sikap yang baik dalam mengajar dan mendidik. Mengapa hal ini diperlukan, karena akan memberikan dampak terhadap motivasi belajar peserta didik. Sebagai contoh, ketika seorang peserta didik diminta gurunya untuk laihan membaca doa pada hari sabtu sore untuk persiapan upacara bendera hari senin, peserta didik yang disuruh mengatakan saya tidak bisa datang karena mau pulang kampung. Lalu gurunya berkata, kalau kamu tidak mau ya tidak apa-apa, bukan kamu saja yang pintar masih banyak peserta didik yang lain kok.

Ucapan tersebut mungkin merupakan hal yang sepele bagi guru, namun bagi peserta didik tidaklah demikian, ibarat duri yang menusuk daging rasanya. Masih banyak hal-hal kecil lainnya yang mungkin bagi guru merupakan hal yang kecil dan tidak masalah ketika diucapkan atau dilakukannya, namun bagi peserta didik bisa menganggapnya sebagai sesuatu hal yang besar dan menyakitkan karena mereka juga manusia. Contoh hal lainnya yang pernah juga kita dengar adalah, ketika seorang guru menyuruh peserta didiknya untuk berdisiplin, sementara dia sendiri tidaklah disiplin. Ada juga guru yang menyuruh peserta didiknya untuk mematuhi tata tertib sekolah, sementara dirinya sendiri kurang mematuhi tata tertib sekolah. Inilah masalah sepele yang akan menjadi dilema dalam proses pendidikan dan penanaman nilai-nilai karakter di sekolah.

Seorang guru yang baik haruslah mencontohkan sikap yang baik terhadap peserta didiknya. Sikap tidak bisa diajarkan tetapi harus dicontohkan dalam proses pembelajaran melalui pembiasaan yang berulang-ulang dengan penuh kesabaran. Guru merupakan sosok yang akan di gugu dan ditiru oleh peserta didiknya. Ada ungkapan yang mengatakan ketika peserta didik di didik dengan cara-cara yang keras dan tidak manusiawi, maka setelah dewasa nanti dia juga akan menjadi generasi yang keras dan tidak manusiawi pula. Jangan salahkan mereka, karena proses pendidikan dimulai dari masa-masa sekolahnya. Sebaliknya, ketika seorang peserta didik diajar oleh guru-guru yang memiliki nilai-nilai sikap yang baik, kita akan mendapatkan generasi yang memiliki sikap yang baik pula di kemudian hari.

Dalam hal mendidik, seorang guru harus menyampaikan pesan dalam bahasa yang santun. Apabila seorang guru tidak memahami hal ini, tanpa disadari nantinya akan bisa mempengaruhi motivasi serta hasil belajar peserta didiknya dikemudian hari. William Arthur Ward membagi empat macam tipe guru dalam mengajar, yakni guru yang biasa-biasa saja, guru yang baik, guru yang pintar dan guru yang bisa menyemai inspirasi peserta didiknya. Guru yang bisa menyemai inspirasilah yang akan membuat proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik dengan suasana yang menyenangkan.

Untuk menjadi seorang guru yang disenangi oleh peserta didik ada beberapa sikap yang harus dimiliki. Pertama, memiliki disiplin yang tinggi. Disiplin guru merupakan faktor pembentuk nilai sikap peserta didik. Disiplin guru bukan hanya sebatas kehadiran tepat waktu datang ke sekolah saja, lebih dari itu disiplin juga menyangkut masalah sikap dan perilaku seorang guru dalam mengajar dan dalam kesehariannya dirumah. Kedua, memilki rasa sabar dan kasih sayang. Sebagaimana yang kita ketahui ada peserta didik yang lambat atau yang cepat daya tangkap dan daya ingatnya. Untuk itulah kesabaran dan rasa kasih sayang dari seorang guru sangat diperlukan dalam membelajarkan peserta didik.

Setiap peserta didik memerlukan waktu dan gaya belajar yang berbeda-beda untuk menyerap materi pelajaran yang sama, karena mereka memiliki permasalahan pribadi yang berbeda-beda pula. Oleh karena itulah, sebelum mengajar seorang guru harus mengetahui dan memahami karakteristik pribadi dari masing-masing peserta didik yang akan diajarnya. Ketiga, bersikap demokratis, seorang guru yang baik harus memiliki sikap mau menerima dengan lapang dada jika ada peserta didik memberikan alasan yang logis sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Seorang guru yang baik janganlah cepat marah dan memaksakan kehendak kepada peserta didiknya jika situasi dan kondisinya tidak mendukung, khususnya pada kondisi peserta didik. Sebagai seorang guru harus juga menyadari bahwa kesenangan hati dan ketenangan perasaan seorang peserta didik dalam belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Jadilah gurunya manusia, yakni guru yang bisa memahami karakteristik dari masing-masing peserta didiknya. Guru yang bertindak sebagai gurulah yang akan dapat membentuk sikap positif peserta didik ke arah yang lebih baik sebagaimana yang diharapkan pada kompetensi sikap spiritual dan sosial pada kurikulum 2013 yang sedang kita laksanakan.

 

Sumber artikel: https://ferifren23.gurusiana.id/article/2020/6/gurunya-manusia-182568

JELAJAH