Kembali ke Artikel
Memaknai Kurban Sumber Gambar: liputan6.com
20 Aug/2019

Memaknai Kurban

Memaknai Kurban

Oleh Siti Zulaikha

 

Bergema lantunan takbir di mana-mana. Hari Raya Iduladha telah tiba. Semua umat Islam menyambut dengan penuh riang gembira. Utamanya ada banyak hewan kurban.

Menengok sekilas tentang Iduladha akan teringat kisah teladan Nabi Ibrahim. Ketika beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar bersama Nabi Ismail, putranya, yang saat itu masing sangat kecil. Mereka ditempatkan di lembah yang tandus, gersang, tidak ada sebatang pun pohon yang tumbuh serta tidak ada kehidupan sama sekali.

Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu maksud wahyu Allah itu. Nabi Ibrahim dan Siti Hajar menerima semua itu dengan ikhlas dan penuh tawakal. Seperti yang diceritakan Ibnu Abbas bahwa di kala Siti Hajar kehabisan air minum, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (sa'i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat Jibril membuat mata air zam-zam. Akhirnya, Siti Hajar memperoleh sumber kehidupan. Lembah yang kering dan gersang serta tandus itu pun kemudian menjadi suatu kota yang penuh kemakmuran, Kota Makkah.

Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Anaknya cekatan dan pandai. Dengan penuh kecintaan dan ketakwaan kepada Allah, Nabi Ibrahim menyetujui.

Setan pun datang membisikkan, “Anakmu pandai dan cekatan. Orang tua macam apa kamu, anak sendiri mau disembelih?” Mendengar bisikan setan, Nabi Ibrahim melempari setan itu dengan batu dan tetap melaksanakan perintah Allah. Pada saat menyembelih, tiba-tiba Allah menyerukan agar digantikan oleh seekor domba. Peristiwa Nabi Ibrahim melempari setan dengan batu sekarang dijadikan salah satu rukun haji, yaitu melempar jumrah. Sementara itu, perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya kini diubah oleh Allah dengan menyembelih hewan sebagai kurban.

Iduladha juga dinamai Idul Nahr, artinya hari raya penyembelihan, hari raya haji, atau Idul Qurban. Ini semua untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tiada bandingannya dalam sejarah Islam, Malaikat Jibril kagum sehingga terlontar dari Jibril, "Allahu Akbar Allahu Akbar" dan Nabi Ibrahim menjawab, “Laailaha illallahu Allahu Akbar." Kemudian disambung oleh Nabi Ismail, "Walillahil hamdu".

Hikmah dari perayaan Iduladha bahwa kita sebagai manusia, hamba Allah SWT, harus meningkatkan kecintaan dan ketakwaan kepada Sang Pencipta, meningkatkan hubungan baik dengan sesama manusia, salah satunya berbagi daging kurban.

 

*Artikel ini diambil dari http://httpsitizulaikahlikagrusianaid.gurusiana.id/article/met-idul-adha-3633237 setelah melalui proses editing.

 

JELAJAH