Kembali ke Artikel
Perlunya Rapor Karakter Pixabay
18 Jul/2019

Perlunya Rapor Karakter

Ada seorang kepala sekolah yang berkata, mengelola sekolah kecil yang belum berkembang itu mudah karena masih panyak potensi yang masih bisa dimaksimalkan. Beda dengan sekolah besar dan favorit. Sudah tidak ada lagi yang dimaksimalkan. Bisa mempertahankan prestasi saja sudah bagus. Yah, memang bisa benar juga sih. Tinggal si kepsek sedang berada di sekolah bagaimana. Kalau di sekolah kecil ya bilang mengelola sekolah kecil lebih sulit. Modal dan SDM mana yang dipakai untuk mendukung pengembangan. Haha…dijalani dan disyukuri saja apapun keadaannya.

Parahnya di sekolah kecil yang tidak diunggulkan ternya tak sekedar sarpras, pendanaan dan input siswa yang alakadarnya saja yang menjadi kendala. Tapi juga ada dimensi karakter yang perlu dikuatkan. Kedisiplinan, etos kerja, daya juang, religi, tanggungjawab lingkungan adalah contoh yang langsung terlihat perlu penguatan pada siswa. Setidaknya di sekolah saya…hehe.

Jadi apa yang musti digarap duluan. Dengan kondisi sekolah di perkampungan, hanya 15 rombel terdiri 450an siswa, ekonomi ortusis umumnya miskin, NUN input siswa rata-rata 20. Alumni yang kuliah kisaran 10%. Mengirim kompetisi OSN hanya sekedar partisipasi. Sang juara selalu gampang diprediksi dari sekolah mana. Bahkan O2SN dan FLS2N pun selalu kalah dengan sekolah-sekolah besar yang lebih siap dengan dukungan sarpras dan pelatih pilihan.

Kok jadi cuma keluhan ya…..hmm…..enggak kok. Langkah awal kan analisis lingkungan dulu. Ya sudah, gak mungkin bersaing dengan sekolah lain dari akademik. Kalau pemenuhan sarpras, itu tanggung jawab kepsek. Alhamdulillah, pemerintah mendukung. Tapi harus aktif dan tahu jalannya…..fuuiii. Kembali pada tujuan. Menjadikan siswa mandiri, bermanfaat bagi orang lain dan berkarakter akhlakul karimah. Bismillah.

Kami lalu membuat Rapor Karakter di samping rapor resmi format pemerintah. Rapor ini mencatat secara riil item-item yang diharapkan akan bisa membangun budaya positif. Ada 4 catatan yaitu: kedisiplinan, literasi, tanggung jawab tanaman, sholat duhur berjamaah, ekskul, lain-lain misalnya karakter unggulan kelas.

Untuk kedisiplinan, walikelas merekap setiap bulan dari tim pengendali siswa, pelanggaran tata tertip apa saja yang dilakukan siswa. Kegiatan literasi di awal pelajaran ditulis di jurnal literasi masing-masing anak, tiap hari sudah sampai halaman berapa. Kalau sudah tuntas dibuat resume. Resume para siswa dibukukan di akhir semester. Wali kelas mencatat berapa buku yang bisa diselesaikan dalam satu semester pada Rapor Karakter, disertai narasi pujian bagi yang menyelesaikan banyak buku.

Upaya membangun karakter tanggung jawab dan peduli lingkungan, dilakukan melalui tanggung jawab merawat 2 tanaman yang dimiliki masing-masing siswa. Berupa 1 tanaman hias dan 1 tanaman toga. Dijajar berurutan sesuai nomor absen sehingga memudahkan wali kelas membuat penilaian. Siswa harus merawat sebaik-baiknya karena wali kelas akan mencatat tiap bulan dan mengumumkan tanaman siapa yang nilainya D karena mati, C hampir mati, B asal hidup, A subur. Dan nilai itu juga terekam dalam Rapor Karakter.

Pembiasaan sholat dhuhur berjamaah awalnya sangat sukar dilakukan. Ada yang beralasan sudah, ada yang berhalangan, ada yang sembunyi. Memang mengharapka kesadaran semata rasanya sulit. Selain ada pembina dan pengendali, harus dilengkapi kartu kontrol. Kartu itu hanya diberikan pada siswa yang sholat oleh petugas. Dan siswa menyerahkan pada guru mapel selesai jam dhuhur. Guru itu menandai pada buku daftar hadir sholat, lalu walikelas merekap setiap bulan untuk dimasukkan Rapor Karakter di akhir semester. Disitu siswa putri yang beralasan haid akan nampak polanya apakah alasanya benar atau bohong. Dengan sistem ini peningkatan jumlah siswa yang dhuhur berjamaah benar2 meningkat signifikan. Insyaallah hanya yang benar-benar berhalangan sar’i yang tidak sholat. Bahkan saat tidak dibagikan kartu sholat, para siswa mulai terbiasa untuk tetap sholat.

Untuk penilaian ekskul di Rapor format resmi pemerintah hanya ditulis baik - aktif, sangat baik - juara, namun di Rapor Karakter bisa dijelaskan berapa kali tidak hadir, pulang sebelum waktunya dan sebagainya sesuai realitas keadaan. Perlu diketahui, ekskul di sekolah kami selain jenis ekskul standar seperti pramuka, kir, OR dan seni, juga ada ekskul lifeskill seperti menjahit, disain grafis, kewirausahaan. Alhamdulillah, belakangan dinprov Jatim mencanangkan program sejenis, yaitu double track yang menyiapkan siswa mandiri saat peluang kuliah kecil.

Wali kelas juga boleh menambahkan penilaian lain-lain. Setiap kelas harus mempunyai karakter unggulan yang dimusyawarahkan antara walikelas dengan para siswa. Misalnya istikomah sholat dhuha, kelas bersih, infak seihlasnya, dsb sesuai kesepakatan. Dari karakter unggulan itu bisa dibuatkan kesepakatan penilaiannya.

Karena salah satu kriteria kenaikan kelas adalah berperilaku baik, maka siswa bisa tidak naik hanya karena rekam karakternya tidak baik. Itu disosialisasikan pada orang tua dan murid sejak siswa pertama masuk. Dan karena rekap dilakukan tiap bulan, maka siswa yang sudah ada gelagat tidak baik bisa segera ditindaklanjuti dengan melibatkan ortusis.

Sejak ketentuan ini diberlakukan, sudah ada beberapa siswa yang tidak naik kelas meskipun nilai akademiknya terpenuhi. Namun ortusis menerima karena pelibatan ortusis ditengah proses sudah dilakukan. Dampaknya, kepercayaan masyarakat mulai meningkat. Setiap tahun jumlah siswa meningkat. Tiga tahun ini meningkat 120an sehingga menjadi 580 siswa dari 18 rombel. Mungkin peningkatan kepercayaan ini juga karena peningkatan sarpras yang nampak jelas. Tapi mungkin juga bukan karena itu semua, melainkan semata ridho Allah dan terkabulnya doa……wallohualam. La haula wala quwwata illa billah

 

ROKHANI CAHYANING PRATIWI
SMAN 1 BALEN BOJONEGORO

JELAJAH